Transportasi logistik memiliki peran vital dalam perekonomian global. Namun, sektor ini juga menyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan. Emisi seperti karbon dioksida (CO₂) dan nitrogen oksida (NOx) menjadi perhatian utama. Sumber polutan udara ini berkontribusi pada masalah lingkungan global. Emisi yang dihasilkan memengaruhi lingkungan, termasuk terjadinya perubahan terhadap iklim di bumi.
Kontribusi Transportasi Logistik terhadap Emisi Global
Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang utama emisi CO₂ global, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Transportasi logistik merupakan sektor vital dalam mendukung perekonomian global, di mana fungsi utamanya ialah mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain.
Berdasarkan laporan dari International Energy Agency (IEA), sektor transportasi secara keseluruhan menyumbang sekitar 25% dari total CO₂ global akibat pembakaran bahan bakar fosil. Dari jumlah tersebut, kurang lebih 7-8% berasal dari transportasi logistik, termasuk truk, kapal dan pesawat kargo. Sebesar 45-50% dari total emisi karbon sektor transportasi dihasilkan oleh truk diesel berat.
Transportasi dengan kendaraan diesel juga merupakan salah satu sumber utama nitrogen oksida (NOx). Menurut data dari UNEP (United Nations Environment Programme), sektor ini menyumbang sekitar 40% dari total emisi NOx global.
Regulasi Terkini mengenai Emisi NOx dan Karbon
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan emisi dari kendaraan bermotor, seperti diantaranya:
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2023 mengatur penerapan baku mutu emisi kendaraan bermotor kategori M, N, O, dan L yang telah memasuki masa pakai lebih dari tiga tahun. Peraturan ini mewajibkan pemilik kendaraan untuk memenuhi baku mutu emisi yang ditetapkan.
- Penerapan standar emisi Euro 4 dan Euro 5 di Indonesia telah diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2019 tentang Standar Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Standar ini menetapkan batas emisi yang lebih ketat untuk kendaraan bermesin bensin dan diesel, dengan tujuan mengurangi polusi udara dan dampak negatif terhadap lingkungan.
Teknologi untuk Mengurangi Emisi NOx dan Karbon
Beberapa teknologi telah dikembangkan untuk mengurangi emisi NOx dan CO₂ dari sektor transportasi logistik, antara lain:
- Selective Catalytic Reduction (SCR) dengan AdBlue®: Teknologi ini menggunakan larutan AdBlue® untuk mengurangi emisi NOx dari mesin diesel. AdBlue® bereaksi dengan NOx dalam sistem knalpot, mengubahnya menjadi nitrogen dan uap air yang tidak berbahaya. Penggunaan teknologi SCR dengan AdBlue® membantu kendaraan diesel memenuhi standar emisi yang lebih ketat.
- Kendaraan Listrik (EV): Pengembangan serta adopsi kendaraan listrik, termasuk mobil dan sepeda listrik, memiliki potensi untuk secara signifikan mengurangi emisi polutan seperti CO, NOx, HC, SO₂, dan PM. Kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi langsung selama operasinya, sehingga dapat mengurangi dampak negatif transportasi terhadap lingkungan.
- Filter Partikel Diesel (DPF): Untuk kendaraan bermesin diesel, penerapan DPF dapat menangkap hingga 99% partikulat yang dihasilkan selama proses pembakaran, sehingga mengurangi emisi PM dan NOx.
Upaya Tambahan dalam Mengurangi Emisi Transportasi Logistik
Selain penerapan teknologi, beberapa inisiatif lain dapat membantu mengurangi emisi dari sektor transportasi logistik:
- Optimalisasi Rute dan Logistik: Menggunakan perangkat lunak manajemen logistik untuk merencanakan rute paling efisien guna mengurangi jarak tempuh dan konsumsi bahan bakar. Meningkatkan muatan kendaraan untuk mengurangi jumlah perjalanan kosong.
- Sertifikasi ISO untuk Perusahaan Transportasi dan Logistik: Penerapan sertifikasi ISO dapat membantu perusahaan transportasi dan logistik dalam mengelola dan mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama CO₂, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Dengan regulasi ketat, sektor transportasi logistik diharapkan mengurangi emisi global. Penerapan teknologi canggih menjadi kunci keberhasilan. Inisiatif tambahan juga mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Kombinasi ini diharapkan membawa perubahan signifikan dalam emisi sektor tersebut.
Baca artikel lainnya: Kolaborasi Penting untuk Kualitas Udara: Mengurangi NOx