Di tengah meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya kualitas udara dan upaya pengurangan emisi global, perhatian semakin meningkat. Kendaraan diesel lama menjadi sorotan utama sebagai penyumbang polusi udara yang signifikan di kawasan perkotaan. Kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, menghadapi tantangan serius akibat polusi udara tinggi. Sebagian besar polusi berasal dari sektor transportasi, terutama kendaraan diesel tua yang masih beroperasi.

Meski kendaraan baru memakai teknologi ramah lingkungan, kendaraan diesel lama masih banyak digunakan di jalanan. Tanpa teknologi pengendalian emisi modern, kendaraan lama menjadi ancaman tersembunyi di balik kemacetan kota. Artikel ini membahas bahaya kendaraan diesel tua, kondisi emisinya, dan minimnya teknologi pengendalian emisi. Peremajaan armada menjadi langkah mendesak untuk mengurangi emisi dan meningkatkan kualitas udara.

Bahaya Kendaraan Diesel Tua dan Perlunya Peremajaan Armada

Kendaraan diesel tua yang beroperasi lebih dari 10–15 tahun berpotensi menghasilkan emisi berbahaya dalam jumlah besar. Emisi seperti nitrogen oksida (NOx) dan partikulat halus (PM2.5) jauh lebih tinggi dibanding kendaraan diesel modern. Bahaya ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan masyarakat, terutama di daerah padat penduduk.

Beberapa risiko utama dari kendaraan diesel tua antara lain:

  • Polusi Udara Tinggi: Menyebabkan peningkatan kabut asap, iritasi saluran pernapasan, dan penyakit jangka panjang seperti asma hingga kanker paru-paru.
  • Inefisiensi Energi: Teknologi mesin lama tidak seefisien mesin modern, sehingga konsumsi bahan bakar lebih boros dan biaya operasional meningkat.
  • Gangguan pada Strategi Pengendalian Emisi Nasional: Keberadaan armada tua yang tidak sesuai standar membuat upaya pencapaian target pengurangan emisi nasional menjadi lebih sulit.

Untuk itu, peremajaan armada menjadi solusi penting. Melalui kebijakan subsidi atau insentif penggantian kendaraan lama dengan kendaraan baru yang telah menggunakan sistem seperti Selective Catalytic Reduction (SCR) dan bahan tambahan seperti Diesel Exhaust Fluid (DEF), kualitas udara dapat diperbaiki secara signifikan.

truk di jalan yang berdebu

https://www.pexels.com/photo/a-truck-on-dirt-road-8649255/

Kondisi Kendaraan Diesel Lama dan Tingginya Tingkat Emisi

Kendaraan diesel tua umumnya masih menggunakan mesin dengan standar emisi Euro 2 atau bahkan di bawahnya, padahal standar Euro 4 atau Euro 5 kini telah menjadi acuan internasional untuk efisiensi dan rendah emisi. Data dari berbagai studi menunjukkan bahwa satu kendaraan diesel tua dapat mengeluarkan emisi NOx dan PM hingga 20 kali lebih tinggi dibanding kendaraan diesel modern dengan teknologi kontrol emisi.

Faktor penyebab tingginya emisi pada kendaraan lama meliputi:

  • Keausan Mesin: Komponen internal yang sudah aus membuat pembakaran tidak sempurna dan menghasilkan lebih banyak gas buang berbahaya.
  • Kurangnya Perawatan Berkala: Banyak armada tua yang tidak menjalani perawatan sesuai jadwal sehingga emisi tidak terkendali.
  • Kondisi Visual Buruk: Asap hitam tebal yang keluar dari knalpot adalah indikator langsung dari emisi berlebih, yang mencerminkan kerusakan atau keausan komponen utama mesin.

Fenomena ini sangat terlihat di angkutan kota, truk logistik lama, dan bus antar kota yang belum diganti selama puluhan tahun. Tidak hanya mencemari udara, kendaraan seperti ini juga merusak citra kota yang modern dan ramah lingkungan.

Minimnya Teknologi Kontrol Emisi pada Kendaraan Tua

Salah satu kelemahan utama kendaraan diesel lama adalah tidak adanya atau sangat terbatasnya sistem pengendalian emisi. Berbeda dengan kendaraan modern yang sudah dilengkapi:

  • Sistem EGR (Exhaust Gas Recirculation): Mengurangi pembentukan NOx.
  • SCR (Selective Catalytic Reduction): Mengubah NOx menjadi nitrogen dan air menggunakan DEF.
  • DPF (Diesel Particulate Filter): Menyaring partikel halus dari gas buang.

Kendaraan lama hanya mengandalkan desain mesin konvensional tanpa dukungan teknologi tersebut. Akibatnya, emisi dilepaskan langsung ke udara tanpa proses penyaringan atau konversi, menjadikan kendaraan diesel tua sebagai penyumbang emisi paling tidak efisien di jalanan.

Minimnya teknologi ini juga berarti bahwa penggunaan Diesel Exhaust Fluid (DEF) tidak mungkin dilakukan pada kendaraan lama karena tidak adanya sistem SCR. Dengan demikian, kendaraan lama sepenuhnya bergantung pada bahan bakar dan sistem mesin yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan lingkungan saat ini.

Keberadaan kendaraan diesel lama di jalanan perkotaan adalah ancaman serius terhadap kualitas udara, kesehatan masyarakat, dan upaya pengurangan emisi nasional. Tingginya tingkat emisi, buruknya kondisi mesin, serta ketiadaan teknologi pengendalian emisi membuat kendaraan-kendaraan ini tidak lagi layak beroperasi dalam sistem transportasi modern yang berkelanjutan.

Peremajaan armada dilakukan dengan mengganti kendaraan tua menggunakan teknologi emisi rendah seperti SCR dan DEF. Langkah ini merupakan solusi konkret yang harus segera diambil untuk mengurangi polusi udara. Selain menciptakan udara yang lebih bersih, langkah ini juga mendukung tujuan jangka panjang menuju mobilitas yang ramah lingkungan dan ekonomi transportasi yang lebih efisien.

Baca Artikel lainnya: Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan SCR pada Mesin Diesel